Sabtu, 24 Oktober 2009

Catatan Mei I




bunga yang tumbuh dari bercak darah

tercecer antara Salemba dan Semanggi

nebar aroma Mei simpan gejolak harap

yang kian menipis

karena berhala-berhala berlintasan

di musim perubahan

sambil tak henti hentakkan linggis



bunga yang tumbuh dari lembar mosaik jiwa

raungkan perubahan dari waktu ke waktu

sampai hilang semua saudara

yang tersisa hari ini hanya catatan

dan syair-syair jalanan

dulu dibaca dari kampus ke kampus

membuat impian muda akhirnya jadi kukus



ingatkah, ikrar itu ditandai darah

janji itu dipatri bulan merah

musim-musim penantian tak bertuan

we, Jakarta ditelan kepongahan sendiri

jalan raya menjadi kali

tapi kau di mana, anakku

ini Mei sudah datang lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar